PRIANGANINSIDER - Tak banyak yang mengetahui, rupanya kata mudik bukan berasal dari bahasa Arab. Mudik ternyata berasal dari bahasa Melayu. Sebagian orang mungkin akan mengira istilah ini berasal dari bahasa Arab karena berhubungan dengan bulan Ramadan.
Seperti yang kita ketahui bahwa mudik adalah istilah untuk pulang kampung halaman dari perantauan, terutama ketika masyarakat akan menghadapi hari raya idul fitri (lebaran).
Biasanya mudik kebanyakan dilakukan masyarakat yang merantau ke kota besar kemudian pulang ke kampung halaman. Namun banyak pula yang sebaliknya, mudik dilakukan oleh masyarakat dari daerah ke kota besar.
Dalam bahasa Melayu sendiri, mudik itu berasal dari kata udik yang berarti hulu atau ujung.
Antropolog UGM Prof Heddy Shri Ahimsa Putra menerangkan, ketika di zaman dahulu, masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai sering bepergian ke hilir dengan perahu atau biduk. Nah ketika urusannya selesai mereka kembali ke hulu (udik) pada sore harinya.
"Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang ke kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya," kata Heddy dikutip dari situs resmi UGM.
Baca Juga: Otoritas Norwegia Menangkap Pembakar Al Quran Salwan Momika
Di Indonesia, Kapan Istilah Mudik Mulai Digunakan?
Istilah mudik di Indonesia mulai dikenal luas pada tahun 1970-an. Pada saat itu di era pemerintahan Orde Baru pembangunan dilakukan secara massif sehingga membuat kota Jakarta, Surabaya, bandung dan Medan menjadi kota besar.